Pengalaman Jualan di Etsy dan Keluh Kesahnya Part 2

Selamat
datang di AwResume. Kali ini, saya akan melanjutkan tulisan saya tentang
Pengalaman Jualan di Etsy, yang Part 1 sebelumnya sudah saya tuiskan di artikel ini. Oh, ya, nanti juga ada Part 3 nya ya.

BACA JUGA: Pengalaman Jualan di Etsy Part 1

Pengalaman Jualan di Etsy

Jika
teman-teman belum membaca artikel Part sebelumnya, saya harap teman-teman
membacanya terlebih dahulu. Karena, ada hal penting yang juga sangat bermanfaat yang saya tuliskan di
sana, serta bisa menjadi acuan atau pelajaran teman-teman sebelum memulai
berjualan di Etsy.

Daftar isi

Berjualan
di Etsy berikutnya

Berdasarkan
pengalaman saya sebelumnya, akhirnya saya mengubah strategi dengan menjual
barang yang mungkin akan laku sepanjang masa. Mengapa?

Karena,
barang apapun yang musiman tentu akan ada saatnya menurun dan kita akan sulit
untuk memulainya lagi dengan yang baru.

Lalu,
barang apa yang akhirnya saya pilih?

Saya
memilih menjual template desain Undangan Pernikahan. Terlihat simpel? Memang!
Namun, kenyataannya tak sesimpel itu, baik dalam pengerjaannya sampai ke Modalnya.

Pada
awalnya, saya sangat bersemangat untuk memulai bisnis ini. Seperti yang telah
saya lakukan sebelumnya sebelum memulai jualan di Etsy, saya sudah melakukan
beberapa riset terlebih dahulu hingga mendapatkan harga yang pantas dan
keuntungan yang pantas.

Saya
memilih undangan pernikahan, karena pertama, peminatnya sampai saat ini masih
sangat banyak. Kedua, setiap saat tentu akan ada yang menikah, sehingga ini
bisa jadi salah satu lahan yang baik untuk menebar benih.

Sedikit
informasi, umumnya, orang-orang yang berjualan template undangan pernikahan
menggunakan aplikasi web pihak kaetiga dari Templett atau Corjl sebagai “Editor
Online” yang bisa memudahkan pembeli dalam mengedit undangannya dari manapun.
Jadi, Templett dan Corjl tadi terhubung dengan toko Etsy kita. Namun,
menggunakan kedua online editor ini tidak gratis. Biaya yang dibutuhkan untuk
menggunakan online editor ini juga tidak kecil, untuk Templett $29 per bulan
dan Corjl sekitar $15 per bulan dengan 14 hari gratis trial. Jika teman-teman
riset, kebanyakan penjual di Etsy menggunakan Templett. Padahal jika
dihitung-hitung memang lebih menguntungkan Corjl, sedikit. Ya, teman-teman bisa
langsung membandingkan dan menghitungnya di website keduanya. Belum lagi setiap
pesanan kita dipotong nol koma sekian dolar.

BACA JUGA: Cara Jualan di Etsy

Namun, saya
tetap lanjut, karena toh sudah dihitung-hitung modal masih masuk dan pendapatan
yang akan diterima juga tetap untung lumayan.

Tidak
berhenti di situ saja, saya juga berusaha mencari Font cantik yang free for
commercial agar semua bahan yang saya gunakan legal dan InsyaAllah berkah,
serta mencoba langganan Creative Fabrica untuk mendapatkan aneka motif undangan
dengan harga murah, hanya $1 di bulan pertama. Bulan berikutnya $19 per bulan.
Tentu, untuk bisa menggunakan lisensi Creative Fabrica, harus tetap
berlangganan. Ya cukup besar, tapi, ya sudahlah, setelah dihitung,
keuntungannya juga masih bisa mengcover semuanya, kalau berhasil.

Oke,
sekarang semua sudah lengkap, saya sudah keluarkan modal untuk keperluan tadi,
sudah siap untuk open shop.

Oh ya,
untuk yang bertanya, kenapa kok harus pakai editor online, kenapa tidak pakai
file CorelDraw misalnya, atau Illustrator, atau mungkin PowerPoint saja?

Ya, saya
pun awalnya berpikiran seperti itu. Namun, saya coba baca-baca di grup para
penjual Etsy di website Etsy Community, pencurian desain bisa menjadi masalah
di sini. Kalau pakai offline editor seperti yang saya sebutkan barusan, pembeli
dapat dengan mudah mencuri desain yang kita miliki. Tentu itu yang dihindari,
mengingat lisensi legalnya kita yang memiliki. Kalau orang lain gunakan untuk
membuat toko juga, tentu kita sebagai pemilik desain awal akan rugi. Templett
dan Corjl memiliki kemampuan untuk membuat desain kita tidak dapat dengan mudah
dicopy dan dicuri, bahkan dalam Demo produknya. Singkatnya seperti itu.

Oke kembali
lagi ke penjualan. Awalnya, saya telah mengetahui bahwa untuk memposting satu
buah barang atau listing, kita akan dibebani biaya sebesar $0.2. Terlihat
kecil? Memang “tampak” kecil. Kalau dirupiahkan berarti sekitar 2800 sampai
3000 rupiah.

Hmm. Mulai
kerasa deh kalau tidak sekecil itu.

Kemudian,
saya coba deh upload sekitar 30 desain yang sudah saya buat di Templett.
Awalnya puas sudah bisa upload lumayan banyak, tapi tentu harus bisa lebih
banyak upload lagi karena saingan kita banyak. Oh, ya, tak lupa saya coba iklan
di Etsy, jadi ketika ada orang mencari tentang template undangan, listing kita
ikut muncul. Saya coba yang murah dulu, iklan 1 dollar per hari, dengan
harapan banyak yang notice.

Hari
pertama, alhamdulillah ada yg lihat, tapi, ya Cuma lihat aja, gak pesan. Saya
masih positive think aja. Hari berikutnya juga sama. Mungkin ini ada beberapa
yang lihat karena saya pasang Ads kali ya, pikir saya waktu itu. Saya biarkan
beberapa hari dengan ads, hasilnya? Ya ada yang liat, tapi tidak beli. Saya
masih positif aja, ya mungkin dengan impresi yang cukup besar alias sering
muncul ini nantinya akan dinotice dan menjadi hasil pencarian halaman pertama
tanpa Ads.

Oh ya,
iklan di Etsy memang berbayar, tapi pembayarannya tidak hari itu juga harus
dibayar, bisa dikurangi saldo hasil penjualan kita.

Nah,
mungkin setelah seminggu mulai bosan ya, tidak ada yang nyantol membeli listing
saya. Saya sambil iseng-iseng deh matiin Ads, dan hasilnya, untuk beberapa hari
berikutnya tidak ada yang buka listing saya. Haha. Jadi Cuma karena Ads saja.

Saya buka
halaman tagihan, tagihan Ads sudah menumpuk, ditambah tagihan per listing juga
menumpuk, jatuh temponya hanya dua pekan setelah pendaftaran. What? Singkat
sekali bukan. Untuk detailnya, teman-teman bisa lihat contoh di bawah ini, diambil
langsung dari toko saya di Etsy: 

Biaya di Etsy

Teman-teman
bisa lihat, seperti rapot jaman dahulu yang merah semua warnanya. Itu adalah
contoh biaya yang saya keluarkan di Etsy.

Karena
berhari-hari masih belum ada pesanan, saya sepat juga nyalakan dan matikan Etsy
Ads yg selalu bikin boncos tiap hari. Akan tetapi, jumlah impresi dan kunjungan
pun ikut menurun drastis, bahkan hilang. Mungkin, karena ribuan kompetitor dan
baran serupa yang dijual di Etsy.

Akhirnya
saya sempat putus asa dan ingin berhenti saja dan membiarkan toko itu. Setelah
jatuh tempo pertama habis, toko saya disuspend karena belum membayar
tagihan-tagihan yang ada. Mulai dari sinilah saya memutuskan untuk meninggalkan
Etsy saja. Mungkin, ini bukan jalan terbaik bagi saya untuk mencari rezeki.

Sampai di
sini saja ceritanya?

Oo.. Tentu
tidak.

BACA JUGA: Pengalaman Jualan di Etsy Part 3 (FINAL)

Teman-teman
harus baca kisah pengalaman jualan di Etsy saya berikutnya. Di pengalaman
berikutnya, akan ada bagaimana saya mendapatkan orderan pertama, bagaimana saya
menyiapkannya, kekurangan dan keuntungan jualan di Etsy yang saya dapat, dan
bagaimana hasil pendapatan yang bisa diperoleh beserta gambar pendapatan saya.

Penutup

Demikianlah
kisah part kedua ini, terima kasih sudah membaca, dan silahkan baca part tiga
nya ya teman-teman. Baca Juga artikel seputar Etsy lainnya di topik Etsy